TUGAS 1 BAHASA INDONESIA 2
Nama : Agista Pratiwi
NPM : 10213325
Kelas : 3EA14
Pengertian Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari
pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan
pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi
yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru
yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Konsep dan Simbol Dalam Penalaran
Penalaran juga
merupakan aktivitas pikiran yang abstrak,
untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.
Kesimpulannya adalah pernyataan atau
konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata,
sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen.
Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.
Berdasarkan paparan di
atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan
tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya
pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi
penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi
sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.
Ciri-Ciri Penalaran :
1.
Adanya suatu pola pikir yang secara luas
disebut logika.
2. Sifat analitik dari proses berfikir,
analasis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berfikir berdasarkan
langkah-langkah tertentu.
3.
Menghasilkan kesimpulan berupa
pengetahuan, keputusan atau sikap yang baru.
4.
Premis berupa pengalaman atau
pengetahuan, bahkan teori yang telah diperoleh
Tujuan Penalaran
Tujuan dari penalaran adalah untuk
menentukan secara logis atau objektif, apakah yang kita lakukan itu benar atau
tidak sehingga dapat dilaksanakan
Syarat-Syarat Kebenaran Dalam Penalaran
Jika seseorang
melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam
menalar dapat dipenuhi. Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau
sesuatu yang memang salah. Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar
konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus
meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari
aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan
yang dijadikan sebagai premis tepat.
Proses bernalar meliputi beberapa tahap.
Tahapan-tahapan tersebut adalah:
1.
Mengerti -> tahap dimana
seseorang memahami segala aspek dari objek yang diamati.
2.
Memutuskan -> menetapkan kesimpulan sementara berdasarkan
fakta-fakta yang ada.
3. Menyimpulkan -> memberikan kesimpulan yang pasti
mengenai objek yang diamati setelah fakta-fakta yang ada di uji kembali
kebenarannya.
Salah
satu contoh sebagai bukti bahwa dengan bernalar kita mampu mengambil kesimpulan
yang lurus adalah: Jika seseorang merasa lapar, maka ia akan melakukan
aktifitas yang membuat rasa laparnya hilang. Aktifitas tersebut adalah makan,
dan yang dimakan adalah nasi dan lauk-pauknya, bukan pasir atau batu.
Aktifitas
yang dilakukan oleh orang tersebut dilakukan setelah dia berpikir dan bernalar
dengan logika. Jenis logika yang dia gunakan adalah logika kodratia
(secara spontan) dalam hal mengambil tindakan untuk makan, dan logika ilmiah
(untuk menghindari kesesatan) dalam hal memilih untuk memakan nasi dan
lauk-pauknya daripada memakan pasir dan batu.
Cara Menguji Data Fakta dan
Otoritas
Cara menguji data dan informasi yang digunakan dalam
penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian
melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu
siap digunakan sebagai
evidensi.
Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut.(Observasi,Kesaksian,Autoritas).
Untuk menguji apakah data informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta atau bukan, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan, sehingga benar-benar meyakinkan kesimpulan .
Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut.(Observasi,Kesaksian,Autoritas).
Untuk menguji apakah data informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta atau bukan, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan, sehingga benar-benar meyakinkan kesimpulan .
1.
Konsistensi
adalah melakukan suatu kegiatan secara terus menerus dengan tekun dan benar tanpa keluar dari jalur atau batasan batasan yang telah di tentukan maupun sesuai dengan ucapan yang telah dilontarkan. konsisten salah satu sikap dari manusia yang sifatnya adalah untuk memegang teguh suatu prinsip atau pendirian. .
adalah melakukan suatu kegiatan secara terus menerus dengan tekun dan benar tanpa keluar dari jalur atau batasan batasan yang telah di tentukan maupun sesuai dengan ucapan yang telah dilontarkan. konsisten salah satu sikap dari manusia yang sifatnya adalah untuk memegang teguh suatu prinsip atau pendirian. .
2. Koherensi
adalah bagaimana membuat peralihan-peralihan yang jelas antar ide-ide, membuat hubungan yang jelas antar kalimat dari sebuah paragraph dan membuat hubungan antar paragraph jelas dan mempermudah para pembaca untuk mengerti. Koherensi haruslah jelas, lengkap, susunan serta pengembangan Materinya harus logis .
adalah bagaimana membuat peralihan-peralihan yang jelas antar ide-ide, membuat hubungan yang jelas antar kalimat dari sebuah paragraph dan membuat hubungan antar paragraph jelas dan mempermudah para pembaca untuk mengerti. Koherensi haruslah jelas, lengkap, susunan serta pengembangan Materinya harus logis .
Cara
Menguji Autoritas
Menghindari
semua desas-desus atau kesaksian, baik akan membedakan pula apa yang hanya
merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas
penelitian atau data eksperimental. Ada beberapa cara sebagai berikut:
1. Tidak
mengandung prasangka pendapat disusun berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh para ahli atau didasarkan pada hasil eksperimen yang
dilakukannya.
2. Pengalaman
dan pendididkan autoritas dasar kedua menyangkut pengalaman dan pendidikan
autoritas. Pendidikan yang diperoleh menjadi jaminan awal. Pendidikan yang
diperoleh harus dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan sebagai seorang ahli.
Pengalaman yang diperoleh autoritas, penelitian yang dilakukan, presentasi
hasil penelitian dan pendapatnya akan memperkuat kedudukannya.
3. Kemahsuran
dan prestise ketiga yang harus diperhatikan adalah meneliti apakah pernyataan
atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas hanya sekedar bersembunyi
dibalik kemahsuran dan prastise pribadi dibidang lain.
Komentar
Posting Komentar